

Malthe Conrad Bruun (1755-1826) adalah petualang dan ahli geografi dari Perancis mendeskripsikan keadaan masyarakat dan kota kerajaan waktu itu, kala itu kebanyakan dihuni oleh masyarakat yang heterogen terdiri dari Cina, Siam, Melayu dan Jawa serta juga disebutkan bangunan yang telah dibuat dengan batu bata hanya sebuah vihara dan istana kerajaan.
Kesultanan Palembang Darussalam pada mulanya berbentuk Kerajaan dengan silsilah raja rajanya sebagai berikut :
1. Adipati Majapahit Di Palembang Ario Abdillah / Ariodillah (1455 - 1486)
2. Pengeran Sido Ing Lautan (1547 -1552 M )
3. Ki. Gede Ing Suro Tuo (1552 -1573 M )
4. Ki. Gede Ing Suro Mudo (1573 -1590 M )
5. Ki. Mas Adipati (1590 -1595 M )
6. Pangeran Madi Angkoso (1595 -1629 M )
7. Pengeran Madi Alit (1629 -1630 M )
8. Pangeran Sido Ing Puro (1630 -1639 M )
9. Pangeran Sido Ing Kenayan (1639 -1650 M )
10. Pangeran Sido Ing Pesarean (1651-1652 M )
11. Pangeran Sido Ing Rajek (1652 -1659 M ).
Setelah terjadinya perang Palembang-VOC yang dipimpin oleh Pangerang Sido Ing Rejek (Raja ke XI Kerajaan Palembang ) pada tahun 1659 Palembang Lamo dibumi hanguskan oleh VOC sebagai perang balasan terhadap Palembang, kemudian Pangeran Sido ing Rajek pergi ke daerah pedalaman tepatnya di negeri Sako Tigo (Ogan Ilir). Kemudian Ki Mas Endi memproklamirkan Kerajaan Palembang menjadi Kesultanan Palembang Darussalam dengan luas wilayah mencakup Batanghari Sembilan sampai keperbatasan Lampung, Bengkulu dan Jambi (Sumbagsel sekarang) ditambah Bangka dan Belitung, pusat Keraton dipindahkan ke Keraton Beringin Janggut setelah Istana Kuto Gawang dibakar Belanda.